Senin, 21 Agustus 2017

Merajut Persatuan Bangsa Melalui Pancasila

Image: UKP-Pancasila

Masih dalam rangka memperingati Hari Kemerdekaan Negara Republik Indonesia yang ke 72, ada baiknya kita sebagai generasi penerus bangsa harus terus meningkatkan jiwa nasionalisme agar semangat kemerdekaan ini terus berkobar. Karena dengan semangat yang terus berapi, semoga kemerdekaan negara kita semakin merata ke seluruh pelosok negeri.

Bicara mengenai kemerdekaan, kitapun enggak akan bisa memisahkannya dengan Pancasila. Ya, pancasila sebagai ideologi negara selama puluhan tahun sangat berpengaruh dengan persatuan negara. Bayangkan, Indonesia dengan beraneka ragam suku, budaya, agama mampu hidup berdampingan hingga saat ini tanpa harus mencampuri urusan masing-masing.

Saya yang mengenal arti pancasila sejak duduk di sekolah dasar pada pelajaran Pendidikan Moral Pancasila atau PMP sangat kental dengan kata toleransi. Artinya saat kita mengikuti pancasila, maka toleransi dalam kehidupan harus kuat.

Namun saat saya memasuki usia dewasa, saya merasa perlahan rasa nasionalisme generasi penerus semakin turun. Pandangan tentang makna pancasila semakin surut, dan kini cenderung ke arah rasisme, individualisme. Kehidupan anak jaman sekarang jauh dari kata toleransi. Entah karena orangtua jaman sekarang cuek dengan pergaulan anak, atau di sekolah guru-guru enggak mengajarkannya lagi atau pergaulan anak di luar semakin memprihatinkan? Yang jelas pandangan anak jaman sekarang tentang nilai-nilai luhur pancasila sudah sangat sempit. Misalkan, dalam pergaulan sehari-harinya anak jaman sekarang enggak lagi merasa sungkan mem-bully fisik temannya yang keturunan ambon atau tionghoa. Contoh lain, ada anak yang enggak mau bermain atau sekadar menolong temannya yang berbeda agama. Bahkan di dunia kerja, rasisme sering sekali ditemukan. Dua hal yang pernah saya temukan itu membuat saya merasa miris sekali.

Pikiran saya kembali menerawang sekitar 25 tahun silam ketika saya masih anak-anak. Dimana tempat saya tinggal bersebelahan dengan orang-orang yang berbeda agama serta suku. Saya bisa dengan lepas bermain tanpa harus memikirkan apa agama mereka atau apa suku mereka. Saya bisa berlarian bersama tanpa harus mengejek satu sama lain, dan kalaupun ada tangisan pecah, pasti bukan karena bully. Bahkan saat hari raya, saya dapat menikmatinya bersama teman-teman saya dengan segala batasan namun enggak saling ikut campur masalah kerohanian.

Kini, saya telah menjadi seorang ibu dari anak laki-laki berusia 5 tahun, merasa mempunyai tanggung jawab untuk mengenalkan kepada anak saya sejak dini tentang ideologi negara kita dan menerapkan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan sehari-harinya. Mengenalkan bahwa negara kita memiliki suku dan agama yang beraneka ragam, dan kita harus bisa saling menghargai satu sama lain serta dapat hidup berdampingan dengan segala perbedaan yang ada tanpa harus mencampuri prinsip hidup masing-masing. Sehingga nantinya anak saya kelak bisa memiliki rasa toleransi yang tinggi. Yang pasti bukan hanya untuk anak saya, tapi saya berharap seluruh warga negara Indonesia dapat menjadi inspirasi demi maju bersama membangun persatuan bangsa ini

Nah, saat ini di kepresidenan sedang membangun sebuah unit kerja presiden yang disebut dengan UKP-Pancasila dimana visi kegiatannya adalah pembinaan ideologi pancasila kepada para generasi penerus bangsa dan membangun rasa cinta persatuan dan kesatuan bangsa sejak dini.

Ukp-Pancasila akan mengadakan acara dengan tajuk Festival Prestasi Indonesia di Jakarta Convention Center pada tanggal 21-22 Agustus 2017. Acara tersebut diadakan untuk mengapresiasi kinerja positif dan prestasi putra-putri bangsa. Ada sekitar 72 ikon prestasi yang dianggap memenuhi kriteria baik yang berprestasi dan telah mendapat penghargaan maupun yang belum pernah mendapat penghargaan namun karya dan tindakan ikon tersebut memiliki dampak nyata dan pengaruh yang besar bagi lingkungan maupun profesinya.

Panitia Festival Prestasi UKP-Pancasila membagi ke 72 orang ini ke dalam empat kategori: saintis dan inovator, olahraga, senibudaya, dan pegiat sosial. Salah satu ikon prestasi dari sains dan inovator adalah Prof. Dr. Taruna Ikrar, M. Pharm., MD, Ph.D, seorang dokter jenius yang pernah menjadi kandidat Nobel Kedokteran dan saat ini menjabat Dekan School of Biomedical Sciences, National Health, University of California di AS. Alan Budikusuma, pemain buku tangkis Indonesia yang meraih medali emas dalam nomor tunggal putra pada Olimpiade Barcelona 1992, mewakili ikon prestasi olahraga. Sedangkan apresiasi untuk prestasi seni budaya antara lain diberikan kepada sutradara Garin Nugroho. Kategori pegiat sosial diwakili oleh salah satu pelopor Komnas Perempuan, yaitu Sinta Nurriyah Abdurrahman Wahid.

Selain mengapresiasi 72 orang ikon berprestasi, Festival Prestasi Indonesia juga menyelenggarakan pagelaran seni Pancasila Gemilang. “Tujuannya memberikan apresiasi atas karya-karya terbaik putra bangsa dan menjadikannya sebagai sumber inspirasi untuk memajukan bangsa,” ujar Ketua Panitia Festival Prestasi Indonesia El-Zastrouw. Kurator dan sutradara Jay Subiyakto akan menampilkan Erwin Gutawa, juara vokal internasional 2017 Liyodra, K.H. Mustofa Bisri dan sejumlah seniman lainnya. Semoga acara seperti ini dapat terus berjalan dan menjadikan Pancasila sumber inspirasi untuk maju.

Image: tribunnews.com


Buat kamu yang mau tau apa saja kegiatan dari UKP-Pancasila bisa kepoin akun sosial media mereka di Facebook, Instagram ataupun Twitter mereka.

Kuylah, kita rajut persatuan bangsa dan maju bersama pancasila!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar