Jumat, 05 Januari 2018

Maternity Caesar Section Story

Team Surgery RS. Kartini

Alhamdulillah telah lahir putra ke 2 saya pada tanggal 17 November 2017 jam 13.45 di RS. Kartini dengan dr. Amelia Wahyuni, SpOg. 

Ada cerita panjang dibalik maternity saya yang sekarang. Setelah awalnya saya memutuskan untuk check up kehamilan saya di RS. Permata Hijau dengan dr. Yasmina ismail atas rekomendasi sepupu saya. Namun di minggu ke 10 kehamilan saya, saya memutuskan untuk pindah ke RS. Kartini dan berharap bisa ketemu dengan dr. Irsan Hanafi (dokter obgyn waktu lahiran anak saya yg pertama) tapi ternyata dr. Irsan sudah enggak praktek di sana, yang akhirnya membuat saya bertemu dengan dokter cantik atas rekomendasi teman kuliah saya. 

Di postingan kali ini saya mau sedikit bercerita tentang pengalaman saya menjalani maternity secara caesar secara pada anak pertama saya menjalani secara vaginal.

Saya sangat bingung kenapa banyak orang yang malah memilih menjalani persalinan secara caesar ketimbang normal hanya karena takut mulas. Dan saya juga sangat marah ketika ada yang mengatakan bahwa wanita yang melahirkan secara caesar kurang patut dipanggil ibu karena seperti terlihat bukan wanita sepenuhnya. Menurut saya yang sudah mengalami persalinan caesar dan normal, dua-duanya sama-sama bertaruh nyawa demi sebuah kehidupan, bedanya hanya sakit di depan atau sakit di belakang setelah melahirkan. Kalau disuruh pilih mana yang akan saya pilih enakan caesar atau normal? Honestly, saya akan bilang lebih enak melahirkan normal. Caesar enggak enak dan bikin kapok! Wkwkwkwk

Ceritanya gini, sejak usia 27 minggu dan ditunggu hingga 36 minggu ternyata posisi anak saya sungsang dengan bokong di bawah dan kepala di atas. Dokter sudah menyarankan saya untuk caesar karena memang enggak ada pilihan lain. Tampaknya tali pusat anak saya pendek, jadi kalaupun posisinya benar tetap saja janin enggak akan turun ke jalan lahir dan saya akan tetap menjalankan maternity dengan caesar. Setelah berdiskusi untuk tanggalnya dipilihlah tanggal 17 November 2017 sebagai tanggal kelahiran. Saya dianjurkan untuk puasa sejak jam 7 pagi, datang ke RS jam 8 dan akan eksekusi operasi jam 12.30.

Sesuai anjuran, saya datang ke RS jam 9, sambil mengurus administrasi. Oh ya, saya ikutan BPJS tapi cuma ambil paket kamarnya saja, untuk obat-obatan saya ambil paket diluar BPJS. Memang saya kena charge dan bayar cash tapi dari saran teman-teman yang merasakan obat-obatan BPJS pas caesar mereka tersiksa dan sakitnya luar biasa. Saya jiper banget! Alhasil mending saya ngeluarin uang sedikit untuk mencegah sakit yang berlebih wkwkwkkwk.. Kelengkapan administrasi yang harus dibawa ialah:
    1.     2 fotokopi KTP ibu
    2.     2 Fotokopi surat rujukan faskes 1
    3.     2 fotokopi buku nikah
    4.     2 fotokopi kartu BPJS
    5.     2 fotokopi Kartu Keluarga
Setelah dinyatakan lengkap, saya diantar ke ruang bersalin. Itupun enggak langsung masuk, saya masih harus menunggu giliran karena saat itu banyak yang sedang melahirkan. Suami saya juga masih harus mengisi dan menandatangani beberapa dokumen sedangkan suster pararel menelpon dr. Amel guna persetujuan dan konfirmasi mengenai operasi. Di ruang tunggu saya cuma bisa diam hahaha.. jujur saya nervous banget tapi saya enggak punya pilihan lain selain menghadapinya.

Setelah semua administratif dinyatakan clear, saya pun masuk ke salah satu bilik di kamar bersalin. Ah, akhirnya saya masuk ke sini lagi setelah 5 tahun hanya dengan kondisi berbeda. Saya diminta untuk menanggalkan semua pakaian dan berganti dengan pakaian operasi, mencopot semua perhiasan. Oh ya, untuk yang pakai kawat gigi juga mesti di copot loh, saya enggak paham kenapa.


Urusan lepas melepas dan copot mencopot kelar, suster masuk kembali ke bilik saya untuk memasang infus. Tangan saya ditekan-tekan tampak sekali suster sukar mencari pembuluh darah saya yang halus (padahal ketutupan lemak wkwkwkw) Inilah yang saya enggak sukai kalo berurusan dengan rumah sakit yaitu: tusuk-tusuk jarum. Setelah infusan terpasang saya masih menunggu lagi untuk tes antibiotik. Saya melihat-lihat sekeliling banyak yang sedang menanti kelahiran normal sedang mulas-mulas, ada yang masih bisa tertawa ada yang sedang melakukan kuret karena janinnya enggak berkembang. Di ruang bersalin saya ditemani mama mertua dan suami yang sedang melakukan sholat Jumat.

Jam 11 saya menjalani tes antibiotik. Iya ini disuntik juga Cuma lebih perih menurut saya karena jarumnya diselipkan dikulit seperti suntik BCG. Ah, enggak enak! Setelah 15 menit enggak ada efek dari antibiotik, suster meminta saya duduk di kursi roda untuk diantarkan ke ruang operasi. Saya mulai deg-degan pemirsah hahahahaha... Apalagi saat saya diserahterimakan ke tim surgery-nya andai bisa, saya pengen balik ke mama mertua dan pulang ke rumah.
Di dalam ternyata saya enggak langsung eksekusi operasi, saya disuruh tiduran dulu di ruang observasi, sambil di cek tekanan darah, cek detak jantung sambil menunggu dr. Amel dan timnya selesai sholat jumat dan makan siang. Saya sempat tertidur saat itu karena menunggu lumayan lama. Saya sudah lebih pasrah saat itu. Cuma bisa berdoa dalam hati semoga semua lancar.

Jam 13 seluruh tim sudah datang, dokter anastesinya pun sudah ready, tandanya waktu saya telah tiba. Para asisten dr, Amel sekitar 4 orang dan mayoritas laki-laki  menghampiri saya dan membantu saya untuk masuk ke ruang operasi. Lalu saya diminta untuk naik ke meja operasi yang seperti salib menurut saya. Lalu 2 orang asisten menjaga saya di kanan dan di kiri. Mereka menjelaskan bahwa saya akan dibius melalui tulang belakang, rasanya agak ngilu sedikit dan perlahan saya akan lemas. Saya diminta untuk membungkuk dan enggak mengkakukan punggung. Asisten dokter yang disebelah kiri membantu saya membungkuk dengan melingkarkan tangannya dipinggang saya, dokter anastesi mulai menusukan jarumnya, cuma sempat di ulang karena jarumnya enggak masuk katanya karena saya terlalu tegang. Akhirnya saya mencoba melemaskan diri dan relaks dengan menarik napas panjang, baru deh jarumnya bisa masuk. Sekitar ada 3x tekanan di tulang belakang saya dan sayapun merasa ada air yang mengalir kebagian pinggul hingga selangkangan saya sebelum akhirnya saya lemas. Asisten dokter di kiri saya, membantu membaringkan saya, kesibukan di sana barulah di mulai. Mereka melakukan pekerjaan mereka masing-masing sedangkan dokter anastesi duduk di belakang saya berbaring. Alat control alat vital pun sudah nyala, saya dipakaikan oksigen sebagai alat bantu pernapasan.

Kaki saya mulai kesemutan, dan mulai kebas terasa hingga bagian uluhati saya. Dr. Amel segera melakukan operasi. Bius yang saya dapatkan hanya bius lokal jadi saya masih terasa perut saya terasa digoyang-goyang. Tapi ini sangat bikin saya enggak nyaman, karena saya sadar dan penasaran pengen gerakin kaki tapi enggak bisa. Tiba-tiba saja saya merasa takut dan tegang, rasa itu membuat saya merasa pusing dan sesak. Saya merasa napas saya terasa pendek walau sudah dibantu oksigen. Saya sempat tanyakan ini ke asisten yang ada di sebelah saya, ia hanya bilang “ibu jangan tegang santai saja, cuma sebentar kok”

Tiba-tiba saja perut saya berguncang sangat kencang dan Asisten dr. Amel bilang “wah, laki-laki nih!” dan enggak lama saya mendengar tangisan bayi. Perut saya masih tahap finishing lalu dokter spesialis anak datang mengantar bayi saya ke pipi saya, bayi laki-laki dan normal semuanya. Alhamdulillah. Setelah jahitan selesai dan saya sudah dibersihkan waktunya saya keluar ruang operasi dan istirahat di ruang observasi. Asisten dr. Amel mengingatkan saya bahwa nanti saya akan mengalami menggigil sekitar 1 jam, jika enggak mual nanti setelah masuk ruang rawat boleh minum air hangat enggak harus menunggu kentut.

Di ruang observasi saya berpikir oh seperti ini kali ya kalau orang lumpuh, badan enggak bisa gerak. Ah, enggak nyaman. Tiba-tiba badan saya shaking, bergetar kencang. Inilah efek bius, badan menggigil. Kalau menurut saya sih bukan menggigil, karena saya sama sekali enggak merasa kedinginan, hanya saja seluruh tubuh saya shaking sendiri seperti menggigil. Saya rasa ini efek obat bius yang mulai hilang dan saraf-saraf saya mulai bekerja lagi. Sumpah gigi saya sampai gemelutuk. Oh, saya baru tau mungkin ini ya kenapa yang pakai kawat gigi enggak boleh, karena saat shaking tanpa sadar kita akan mengigit gigi sangat kencang.

3 jam saya di ruang observasi, dipantau darah dan alat vital lainnya saat semua dipastikan baik, saya mulai dipindahkan di ruang rawat. Asal kalian tau ya, efek shaking masih saya rasakan sampai 4 jam setelah operasi lho. Dan kebasnya kaki juga masih belum hilang. Saya melihat suami saya, mama dan papa mertua saya menunggu di luar ruang operasi. Mereka mendampingi saya menuju kamar rawat sambil sedikit berbincang dengan suara getar karena efek shaking. Suami saya menunjukan foto bayi saya yang lucu, lumayan melumerkan kecemasan yang saya rasakan.


Untuk kelanjutan cerita maternity saya, tunggu postingan selanjutnya ya, di cerita berikutnya bagaimana saya belajar menggerakan otot-otot setelah bius hilang

Credit image: ig kartini.hospital

35 komentar:

  1. Emang iya, Bun. ceaser itu bkn kapok karena menderita banget setelah pasca melahirkan. Jadi orang yang bilang ceaser karena takut mules mungkin kurang pintar.. sebelum terciptanya ceaser banyak banget kasus kematian bayi dan Ibu jadi bisa dibilang Operasi ini membantu ibu dan anak banget.
    Selamat atas kelahiran putra kedua. Maaf gak bisa ngejenguk waktu itu. Lagi musim UTS dan bdan kurang Fit

    ������

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalo ditanya mau punya anak lagi nggak? Udah ah, soalnya kalo punya anak lagi calon caesar lagi ku tak mau hahahaha.. Kapok gue jen

      Hapus
  2. Alhamdulillah, selamat ya, Mbak. Duh baca ini kok deg-degan ya ngikutin menit ke menit proses melahirkan =D

    Lahir normal atau cesar, yang penting bayi dan ibunya sehat ya, Mbak.

    BalasHapus
  3. Selamat ya mbak atas kelahiran anak keduanya, semoga adek bayi bisa. Menjadi anak yang berbakti pada orang tua dan menajdi generasi penerus bangsa yang lebih baik dari sebelumnya ^^

    BalasHapus
  4. Hah..!!!
    Ngeri juga ya dengar proses persalinan Cesarnya Mbak ya.
    Sampai-sampai biusnya cuma bikin lumpuh otot. Sementara bagian saraf tetap sadar. pasti ngilu tu..

    BalasHapus
  5. Mba aku bacanya gemeteran, sblumnya pernah dnger cerita pasca melahirkan cesar yg katanya sakit banget,tp gak sedetail ini, dari awal pengecekan smpai ruang operasi. Jujur pas terakhir aku menitikan airmata terharu, sngguh besar pengorbanan seorang ibu.
    Sehat selalu ya ibu dn bayinya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul banget pengorbanan seorang ibu enggak dilihat bagaimana cara dia melahirkan anaknya. Karena dua2nya sama2 bertarung demi sebuah kehidupan

      Hapus
  6. haduh melahirkan, perlu banget bumil-bumil baca yang ginian jadi persiapan melahirkannya matang. kami tunggu postingan selanjutnya ya mbak

    BalasHapus
  7. Duh bacanya gimana gitu
    Berasa sy yg mau dicesar
    Apalagi saat sesak
    Jd pikiran yg negatif
    Tp ternyata Krn tegang ya

    Alhamdulillah bayinya sehat ya
    Moga ibunya jg makin cepat pulih
    Secara kata klu Cesar agak lama sembuhnya ya
    Banyak makan ikan gabus katanya biar cepat kering

    BalasHapus
    Balasan
    1. terima kasih mbak.. iya katanya disuruh makan ikan gabus. cuma kok susah nyarinya

      Hapus
  8. Duuh...baca sambil membayangkan detik demi detik proses melahirkan secara caesar, buat saya merinding, Mbak. Benar-benar menegangkan ya..
    Oh, ya, cairan yang mengalir dari panggul hingga selangkangan itu, air ketuban, kah? Atau air apa, Mbak?

    BalasHapus
    Balasan
    1. bukan mbak, itu cairan anastessinya alias cairan biusnya

      Hapus
  9. Selamat atas kelahiran putranya ya Mbak Cindra. Perjuangan mbak melahirkan sungguh berat. Semoga ke depannya ibu dan bayi sehat terus. Btw, itu biusnya memang harus lokal ya? Kalau saya, mungkin akan meminta dibius total saja. Takut merasa sakit.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tampaknya itu prosedur rumah sakit untuk operasi caesar mbak biusnya lokal

      Hapus
  10. Selanat yaaa mamak Cindraaaa! Bahagia pastinya bisa menjadi seorang wanita seutuhnya. lah.

    BalasHapus
  11. Jadi ikut tegang bacanya. Btw, selamat (lagi) untuk kelahiran jagoannya, Mbak.

    Waktu istriku lahiran kemarin, normal sih. Jadi endak bisa ngebayangin gimana tegangnya istri lahiran caesar. Terus, aku bolak-balik baca, emang gak diceritain ya posisi suami pas proses caesar sedang dilakukan? Nunggu di luar apa gimana?

    BalasHapus
    Balasan
    1. ada mas aku ceritain saat itu suami lagi sholat jumat dan pastinya enggak ada pas aku eksekusi caesar. Lagian di RS ku enggak ngijinin suami nemenin

      Hapus
  12. Alhamdulillah Kakak2ku pd lahiran normal. Ada sih sodara yg cesar tp gak byk cerita ttg gimananya. Kalau jadi Ibu, kita harus nyiapin diri buat normal sama cesar jg itu memang harus. Krn kita enggak tahu kondisi bakal gimana saat persalinan

    BalasHapus
  13. Saya sehabis sesar juga menggigil.. sempat takut saya kira bakalan mati hahahaha...saya tanya kok menggigil..gak tau , perawat malah bilang mungkin karena ibu puasa...

    Di bilang tekanan darah saya normal..

    Akhirnya minum teh anget dikit2.. eh langsung ilang ..gak sampai hitungan jam...paling 10-15 menit.

    BalasHapus
    Balasan
    1. wah sebentar ya, saya sampai berjam jam. sampai bergemeletuk giginya

      Hapus
  14. Saya juga operasi caesar saat melahirkan anak pertama, Mbak. Dan sungguh, itu enggak enak dan bikin kapok! huhuhu. Semoga gak akan kejadian lagi deh.
    Membaca tulisan ini, mengingatkan saya pada momen menyakitkan itu :(
    tapi Alhamdulillah semuanya sehat ya, Mbak.. ibu dan bebinya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya mbak akupun kapok rasanya. untung udah anak ke 2 hehehe.. langsung KB cukup 2 anak saja hehee

      Hapus
  15. MashaAllah...
    Saya merinding membayangkannya, mba..

    Syafakumullah yaa, mbaa..
    Semoga lekas sehat, pulih seperti sedia kala.

    Aamiin.

    BalasHapus
  16. aku baru tau kalo C section itu ada yang gak bius total gitu... WAAAAAH gila pasti pengalaman yang gak bakalan terlupakan. Aku tunggu postingan selanjutnya yaaaaa.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Justru hampir semua C section bius lokal hehehe..

      Hapus
  17. pengalaman sc ternyata beda-beda ya Mbak. aku anak kedua sc emergency karena hasil labku Hb nya rendah dan bukaanku ga nambah-nambah padahal rasanya udah mau ngeden, kan nggak dibolehin ngeden to bisa robek jalan keluar bayi. dan aku udah gemeter hebat. akhirnya diputuskan sc meski udah bukaan 6.tapi proses scku biasa aja, mungkin karena aku udah pernah operasi bius total pas kecelakaan ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pengalaman mbak sam akayak ipar ku. HB rendah, pembukaan nggak nambah akhirnya sesar.

      Mungkin karena aku nya emang takut banget sama C section hehehe

      Hapus
  18. halo bun..
    selamat atas kelahiran debaynya ya.

    mau tanya gimana hasil jahitannya dr. Amel bun? Rapi ga?
    saya mungkin mau ke beliau juga, jadi mau nyari-nyari info dulu. hehe... recommend ga bun? makasihh

    BalasHapus