Tanda Anak Siap Diberikan Makan Pendamping ASI
Credit Image: mybaby.co.id |
Yeiy! Akhrinya Kamil menuju usia 6 bulan. Artinya sebentar lagi Kamil akan melepas puasa makannya selama 6 bulan ini (Selamat ya, nak!) Kenapa saya sebut puasa? Karena saya penganut paham WHO yang menganjurkan anak di beri Makanan Pendamping ASI saat ia berusia 6 bulan. Ada anak tetangga yang belum berusia 6 bulan sudah diberi pisang, di beri bubur bayi instant, dengan alasan si anak enggak kenyang kalau hanya minum ASI, atau ASI nya encer banget jadi anak mau minum melulu, atau ada lagi yang bilang karena si anak kalau lihat orang makan seperti kepengen, dan kalau dideketin sendok mulutnya sudah mangap. Well, Hello, walaupun memang pada akhirnya kebijakan-kebijakan saya serahkan lagi kepada orangtua si anak, tapi tampaknya saya perlu share sedikit tentang kesalahpahaman di atas.
Kenapa WHO menyarankan anak untuk diberikan makanan pendamping asi saat usia 6 bulan? Karena di usia tersebut organ pencernaan anak lebih siap untuk bekerja mengolah dan menyerap makanan yang masuk. Lalu jangan salahkan ASI kamu, lho, ini salah kaprah banget menurut saya. Mengapa bayi sering banget minta nenen? Banyak banget yang mengartikan kalau bayi sering nenen artinya ASI sang ibu enggak cukup, atau encer, enggak kental sehingga si anak enggak kenyang. Kalau menurut saya pribadi, bayi yang baru lahir terlihat sering banget minta nenen bisa karena beberapa faktor, antara lain: karena bayi sedang growth sprout atau masa pertumbuhan. Bayi perlu nutrisi yang banyak untuk memenuhi perkembangan otaknya. Dan alasan lainnya, karena kandungan nutrisi serta lemak dalam ASI sangat mudah diserap oleh tubuh. Tubuh enggak perlu memproses berhari-hari untuk menyerap kandungan nutrisi yang ada di ASI, palingan hanya hitungan jam saja. Makannya anak ASI biasanya per 1-2jam pasti nempel sama ibunya minta nenen. Kira-kira seperti itu.
Kalau masalah si anak dideketin sendok langsung mangap memang itu salah satu ciri anak yang sudah siap untuk diberikan MPASI, tapikan dilihat lagi usianya ya, ibu-ibu. Kalau anak ibu usia 3-5 bulan dideketin sendok atau dia berusaha menggapai sesuatu dan dimasukan ke dalam mulut, memang usia segitu masa-masanya si anak oral atau lagi penasaran nih, sama semua benda dan orientasinya ke mulut. Begitu.
<<Lanjut Baca>>
Perhatikan Tanda-Tanda Infeksi Pasca C-Section
image credit: pixabay |
Beda dengan maternity secara vaginal (normal) yang cepat dalam pemulihan pasca melahirkan, maternity dengan c-section atau caesar justru membutuhkan perhatian khusus pasca operasi. Entah apakah yang saya alami ini juga dialami oleh ibu-ibu yang melahirkan secara caesar juga atau enggak.
Seminggu setelah kepulangan, saya dan si kecil diharuskan chcek up. Anak saya yang terlihat agak kuning, perlu dipastikan ia enggak perlu penanganan yang khusus. Saya pun harus melakukan pengecekan jahitan.
Saat perban dibuka dokter benar saja apa yang saya takutkan terjadi. Di sisi kiri jahitan caesar saya ada yang belum kering dan mengeluarkan cairan. Entah cairan apa, warnanya agak kuning kecoklatan bukan nanah saya dapat pastikan, hanya saja tampaknya agak berdarah dan jumlahnya banyak. Saya melihat dokter berkali-kali memencet lukanya dan menyeka cairannya dengan tisu. Berkali-kali saya memastikan ke dokter apakah itu enggak apa-apa? apa infeksi? Dokter hanya menjawab enggak apa-apa.
Dokter mengambil keputusan untuk enggak menutup luka saya dengan perban, saya dianjurkan mengompres lukanya dengan rivanol setiap 3 jam sambil dipencet-pencet lukanya agar cairannya keluar. Saya pun masih dianjurkan mengonsumsi putih telur sehari 6 butir, melanjutkan minum antibiotik dan diresepkan inbumin (ekstrak ikan gabus) supaya mempercepat pengeringan luka. Seminggu ke depan saya harus check up kembali.
<<Lanjut Baca>>
Maternity Caesar Section Story
Team Surgery RS. Kartini
Alhamdulillah telah lahir putra ke 2 saya pada tanggal 17 November 2017 jam
13.45 di RS. Kartini dengan dr. Amelia Wahyuni, SpOg.
Ada cerita panjang dibalik maternity saya yang sekarang. Setelah awalnya
saya memutuskan untuk check up kehamilan saya di RS. Permata Hijau dengan dr.
Yasmina ismail atas rekomendasi sepupu saya. Namun di minggu ke 10 kehamilan
saya, saya memutuskan untuk pindah ke RS. Kartini dan berharap bisa ketemu
dengan dr. Irsan Hanafi (dokter obgyn waktu lahiran anak saya yg pertama) tapi
ternyata dr. Irsan sudah enggak praktek di sana, yang akhirnya membuat saya
bertemu dengan dokter cantik atas rekomendasi teman kuliah saya.
Di postingan kali ini saya mau sedikit bercerita tentang pengalaman saya
menjalani maternity secara caesar secara pada anak pertama saya menjalani
secara vaginal.
Saya sangat bingung kenapa banyak orang yang malah memilih menjalani
persalinan secara caesar ketimbang normal hanya karena takut mulas. Dan saya
juga sangat marah ketika ada yang mengatakan bahwa wanita yang melahirkan
secara caesar kurang patut dipanggil ibu karena seperti terlihat bukan wanita
sepenuhnya. Menurut saya yang sudah mengalami persalinan caesar dan normal,
dua-duanya sama-sama bertaruh nyawa demi sebuah kehidupan, bedanya hanya sakit
di depan atau sakit di belakang setelah melahirkan. Kalau disuruh pilih mana
yang akan saya pilih enakan caesar atau normal? Honestly, saya akan bilang
lebih enak melahirkan normal. Caesar enggak enak dan bikin kapok! Wkwkwkwk
Tips Toilet Training Untuk Anak Kala Malam Hari
www.pondokibu.com |
Saat ini toodler saya sudah berumur 4,2 tahun. Sampai
diusianya yang ke 4,1 tahun lebih 2 minggu saya masih memakaikannya pampers
saat malam hari. Seperti yang saya sudah sampaikan sebelumnya, saya pakaikan
pampers agar tidur malamnya enggak terganggu karena ompol yang melanda hehehe..
Namun suatu waktu saya berbincang dengan beberapa teman yang anaknya sudah
lepas pampers. Lalu ada salah satu dari mereka berkata “Kok masih lo pakein
pampers sih, udah 4 tahun kali cin. Lo enggak coba ajarin pipis malem?”
Mendengar omongan itu, saya malah jadi baper. Jadi ngerasa nggak ngarahin anak
yang baik.
<<Lanjut Baca>>
Kapan Ya, Anak Saya Masuk Sekolah?
pixabay.com |
Zaman sekarang banyak orangtua yang berlomba-lomba memasukan anaknya ke play group, atau paud atau TK, tanpa memperhatikan kesiapan si anak. Padahal sekolah bukan hanya sebagai tempat menuntut ilmu, tapi menjadi salah satu tempat pembentukan karakter anak. Nah, kali ini saya share beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh orangtua sebelum mengambil keputusan memasukan anak ke sekolah pertamanya.
<<Lanjut Baca>>
Tips Toilet Training Pada Anak Kala siang Hari
Toilet Training - www.cosmomom.net |
Kali ini saya mau sedikit flashback saat saya melakukan toilet training-nya Hercules saya saat dia berusia satu tahun. Kebetulan saya memang membiasakan dia enggak memakai pampers kala siang, kalau ngompol, ya, sudah biarkan saja. Saya juga enggak pernah terlalu memikirkan cucian celana anak yang menumpuk, toh saya masih sanggup nyuci sendiri hehehe. Tapi saat malam hari saya masih memakaikan pampers dengan maksud agar tidurnya berkualitas dan enggak terganggu hanya karena setiap jam pipis (itu sih, pemikiran saya, lho, ya)
Membiasakan atau menatar anak pipis di wc juga membantu si anak untuk mengenalkan "warning" kebelet pipis. Saya enggak menggunakan training pant, karena memang enggak mau beli, sayang cuma dipakai sebentar. Saya juga enggak pakai pee trainer walau dapat kado itu dari teman, karena jujur saya malas membersihkannya nanti. Jadi mendingan saya mengajarkan sendiri anak saya pipis di wc.
<<Lanjut Baca>>
Sedia Ini Ketika Si Kecil Demam
Foto: Fimela.com |
Di masa peralihan cuaca seperti ini, anak-anak mudah sekali terkena flu, bisa hanya sekadar batuk pilek, atau sampai demam. Ketika anak demam, bundanya jangan langsung panik karena kalau bunda panik, si kecil makin merasa enggak nyaman.
Demam terjadi biasanya karena tubuh terinfeksi virus atau bakteri. Peningkatan suhu tubuh (suhu normal biasanya 37 derajat) terjadi karena antibodi sedang melawan virus atau bakteri tersebut (ini yang saya tau dari beberapa dokter anak). Jadi bisa dibilang demam itu ada baiknya karena menjadi alarm untuk tubuh. Yang harus bunda lakukan adalah menjaga si anak dari luar yaitu dengan memberikan makanan dengan gizi yang cukup dan mengajak anak beristirahat. Jika demam dikarenakan virus, seperti influenza, demam akan terjadi selama 2-3 hari dan akan hilang dengan sendirinya. Beda hal jika demam dikarenakan serangan bakteri, biasanya harus diberikan tindakan medis lainnya, misalkan pemberian antibiotik.
<<Lanjut Baca>>
Tidak ada komentar:
Posting Komentar