Rabu, 04 November 2015

Takdir Tidak Mau tahu

Sumber Gambar: http://dejavui.blogspot.com

Ia jatuhkan tubuhnya yang kekar di atas tubuhku, nafasnya menderu menandakan dia mencapai klimaks dan puas dengan pemainan cinta yang baru saja kami lakukan. Lalu dia mengangkat tubuhku dan memelukku dengan erat sambil mengucapkan I love you, darl.

Mukaku memerah, kupandangi wajahnya dengan teliti. Pria tampan ini adalah Mas Adam, suamiku, seorang Co. Pilot di salah satu airlines ternama di Jakarta. Kami baru saja menikah, dan betapa bahagianya aku memiliki seorang pendamping hidup seperti Mas Adam.

 “Kok ngelamun?”

 Pertanyaan Mas Adam membuatku kaget

“Aku lagi ngebayangin rencana honeymoon kita besok Mas, aku nggak sabar pengen lihat Dubai” Jawabku semangat.

Tiba-tiba Ponsel Mas Adam berbunyi.

Hallo, who is speaking?

Okay, I’ll be right there

“Siapa Mas?” tanyaku penasaran



“Dari kantor, aku disuruh terbang ke Singapore malam ini dan baru kembali minggu depan” jawab Mas Adam

“Lho, terus rencana honeymoon kita besok gimana? Ulang tahunku gimana?” ucapku kesal

“Kayaknya kita harus re-sechdule sayang, nggak apa-apa, ya?”

“Kok, gitu, sih! Kamu nggak sayang aku!” Aku kesal, karena rencana yang sudah aku susun selama sebulan ini harus rusak hanya karena Mas Adam harus menggantikan temannya yang sedang sakit untuk dinas ke Singapore.

Kubiarkan Mas Adam menyiapkan segala keperluannya sendiri. Aku benar-benar kesal dan kecewa.

Darl, aku jalan dulu, ya.”

Aku nggak jawab

“Kamu jaga kesehatan, ya. Minggu depan kita pasti ke Dubai”

Mas Adam mencium pipiku, tapi aku nggak bergeming. Mata tetap kupejamkan seakan aku terlelap tidur, hingga aku mendengar laju suara mobil Mas Adam menjauh.

Tak lama kemudian ponsel-ku berbunyi, kulihat nama Mas Adam muncul di layar, langsung saja ku reject panggilan tersebut. Semenit kemudian, ponsel-ku berbunyi lagi. Tampaknya Mas Adam masih berusaha menghubungiku, lalu aku reject lagi. Begitu seterusnya hingga panggilan ke sepuluh aku memutuskan untuk mematikan ponsel saking kesalnya.

Aku pindah ke ruang keluarga dan memilih menonton tv untuk memperbaiki mood. Tapi acara tv malam itu nggak ada yang bagus hingga aku mematikannya. Ku lempar remote tv ke sudut kursi, dan aku mulai melamun, melamunkan rencana honeymoon kami yang harus tertunda.

Kriiing.. kring!

Telpon rumahku berdering membuyarkan lamunanku

“Siapa, sih, tengah malam begini nelpon?”, tanyaku dalam hati

Dengan malas aku beranjak

“Halo selamat malam”

“Selamat malam, dengan Ibu Airin?” Tanya seseorang dari seberang sana

“Iya, saya sendiri, dengan siapa saya bicara?”

“Saya Johan dari pihak management Lintas Air. Saya mewakili Lintas Air ingin menyampaikan berita duka cita atas meninggalnya Co. Pilot Adam. Pesawat yang beliau bawa mengalami masalah dan akhirnya terbakar saat hendak take off. Kami mohon agar Ibu bersabar”

“Ya, Allah.. Ya, Tuhanku..” Seketika aku tak sanggup menahan tubuhku, sendi-sendiku terasa lemas. Air mataku pun tak dapat lagi ku bendung, semua rasa bercampur aduk.

Aku berlari mengambil ponsel yang sedari tadi sengaja ku matikan dan segera kunyalakan.
Pip! Pip! Ringtones ponselku bunyi berkali-kali. Ternyata banyak sekali teman yang mencoba memberitahukan ku tentang kecelakaan pesawat itu. Diantara belasan pesan tersebut, ada satu pesan dari Mas Adam, yang dikirimkan sebelum ia take off.

Sayang, aku tau kamu marah. Maafkan aku, ini tugas mendadak kita jadi batal ke Dubai, batal merayakan Ulang Tahunmu di sana. Sayang, betapa bahagianya aku memilikimu. Aku sangat bersyukur bahwa Allah mengirimkan seorang bidadari kedalam hidupku. Selamat ulang tahun istriku. Oh ya, di laci lemari ada sebuah hadiah yang sudah aku siapkan untukmu. Tapi sebelum dibuka, dengerin ini dulu ya, sayang! :D

Aku segera membuka laci lemari. Di sana ada seonggok kotak kecil yang terbungkus manis. Aku ambil dan kembali duduk di pinggir kasur.

Aku kembali membuka pesan dari Mas Adam, dia mengirimkan voice note. Tanpa ragu aku mem-play voice note tersebut.

All my bags are packed I'm ready to go I'm standing here outside your door I hate to wake you up to say goodbye
But the dawn is breakin' This early mornin' The taxi's waitin' He's blowin' his horn Already I'm so lonesome I could cry
So kiss me and smile for me Tell me that you'll wait for me Hold me like you'll never let me go Cause I'm leaving on a jet plane Don't know when I'll be back again Oh babe I hate to go.
I Love You, Darl.


Suara Mas Adam menyanyikan lagu Leaving on a jet plane, lagu favorite kami berdua. Air mataku semakin deras menetes. Ku kuatkan diri membuka hadiah yang Mas Adam tinggalkan untuku.

Sebuah cincin emas putih bertahtakan batu berlian besar di tengahnya, dengan secarik kertas bertuliskan Hanya kamu satu-satunya yang paling berharga dalam hidupku.

Jerit tangisku memecah keheningan malam. Aku manjatuhkan badanku ke lantai, aku tak sanggup lagi menahan kesedihanku, menahan kehilanganku, dan menahan sesalku. Aku hanya ingin Mas Adam tau aku sangat mencintainya.

Bayangan tentang kenanganku dengan Mas Adam menari-nari dikepalaku, mengiringi tangisku sepanjang malam.

Jangan utamakan amarahmu, karena takdir tidak mau tahu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar